Penginapan Jatiluwih: Indahnya Hamparan Sawah Bak Lukisan

Penginapan Jatiluwih

Jatiluwih Tabanan menghadirkan pemandangan sawah yang indah. Jangan hanya dipandang sesaat, karena bermalam di Jatiluwih adalah pilihan yang tepat untuk kamu yang sedang penat dan butuh udara segar pedesaan.


“Itu di mana sih? Kayak lukisan!”


Salah satu teman aku di instagram memberi komentar lewat direct message karena terkaget-kaget dengan foto yang aku upload sehabis liburan di Jatiluwih. Bukan hanya satu orang, ada lebih dari puluhan pesan yang menanyakan tentang postingan tersebut.


Bahkan ada yang mengira area persawahan ini bukan terletak di Bali. Banyak orang juga menanyakan tentang penginapan di Jatiluwih Tabanan yang aku singgahi selama semalam.


Penginapan Jatiluwih
Memang mirip seperti lukisan ya?

Aku sungguh tak menyangka euforia menginap di Jatiluwih ternyata bisa semenyenangkan itu. Awalnya tak ada keinginan untuk menulis pengalamanku ini di blog. Tapi karena aku kira ada banyak orang yang membutuhkan informasi ini, maka aku memutuskan untuk menulisnya.


Berikut cerita tentang Jatiluwih, lumbung beras merahnya Bali yang luar biasa indah!


Menginap Langsung di Center Rice Terrace Jatiluwih


Penginapan Jatiluwih
Pemandangan tepat di depan penginapan.

Tidak sulit menemukan informasi penginapan di Jatiluwih. Ada berbagai pilihan seperti hotel hingga Jatiluwih glamping. Tapi tak semua penginapan tersebut menghadap langsung ke pemandangan sawahnya.


Beruntungnya aku mendapatkan penginapan dengan pemandangan yang luar biasa. Penginapan yang hanya memiliki enam kamar dan rooftop untuk puas memandangi area persawahan Jatiluwih.


Nama penginapannya adalah Adhi Jaya Suite.


Mengapa aku awalnya tak berminat mengulas penginapan ini?


Karena aku pikir tidak ada yang begitu istimewa dengan penginapan ini, terkait fasilitas dan pelayanannya yang standar seperti penginapan atau homestay pada umumnya. Tapi letak penginapan ini memang jadi juaranya.


Adhi Jaya Suite, Jatiluwih adalah penginapan yang baru dibangun sekitar tiga tahun, bahkan sempat mandeg karena pandemi. Kalau di platform booking online, ulasan dari tamu-tamu yang menginap di sini kebanyakan mencantumkan angka 5 hingga 9.


Penginapan Jatiluwih
Kamar yang bersih dan ada teras untuk bersantai sambil melihat pemandangan sawah Jatiluwih.

Sebelum membahas pemandangan penginapan yang jadi primadona, aku mau mengulas sedikit sesuai dengan pengalamanku. Menurut aku, penginapan ini cocok untuk wisatawan tipe backpacker atau travel couple yang menyukai kesederhanaan atau hanya ingin beristirahat setelah seharian berkelana.


Penginapan ini kamarnya memang didesain tidak begitu luas. Namun fasilitasnya cukup lengkap. Ada tiga kamar di lantai satu dengan tipe deluxe dan tiga kamar tipe suite di lantai dua. 


Masing-masing kamar ada double bed yang besar (muat untuk dua-empat orang). Ada lemari pakaian dua pintu, TV, Wi-Fi, Coffee maker, air mineral dan perintilan kopi hingga teh, kamar mandi shower dengan air panas dan wastafel, serta sarapan untuk dua orang.


Dengan harga Rp275.000-Rp350.000 per kamar (coba dicocokan dengan platform booking online di google juga ya), menurut aku ini adalah penawaran terbaik. Namun lagi-lagi jangan berharap lebih dengan fasilitas yang diberikan karena penginapan ini juga baru dan sedang berbenah.


Tidak ada akses jalan yang memadai untuk tamu, karena ditutupi oleh material bangunan. Jadi kita harus melewati jalan yang ‘agak menantang’ untuk sampai ke penginapan. Tapi bukan jalan yang sulit untuk anak muda. Namun bagi lansia memang butuh tenaga ekstra, karena harus naik turun tangga, bahkan untuk ke kamar yang ada di lantai satu.


Koneksi Wi-Finya juga tidak begitu kencang, namun masih bisa dimaklumi. Shower air panasnya juga tidak begitu maksimal dan terkadang listriknya juga mati tiba-tiba karena tekanannya yang tidak kuat.


Tapi jangan khawatir, karena staff dari Adhi Jaya Suite dengan sigap memperbaiki hal tersebut. Pelayanan penginapan ini memang bisa dikatakan juara. Apalagi dengan harga segitu, kita sudah mendapatkan sarapan pagi nasi goreng dan orange juice.


Bahkan ada bule yang sengaja extend menginap di sini selama seminggu penuh karena sudah merasa betah.


Makanya aku bisa bilang bahwa penginapan ini lebih cocok untuk jadi tempat bermalam saja. Namun semua kekurangan itu bisa terbayar dengan pemandangan sawah Jatiluwih yang luar biasa indah.


Jika kamu ke arah belakang kamar suite, ada tangga menuju rooftop yang menyajikan pemandangan luar biasa. Di sore hari yang cenderung mendung, suasananya terasa sejuk. Anginnya juga tidak begitu kencang, namun langitnya akan jadi abu-abu.


Malam hari di Jatiluwih adalah malam yang dingin, jadi jangan lupa untuk membawa jaket jika bermalam di sini. Jangan lupa juga bawa uang cash karena akan sulit menemukan ATM. Resto dan kafe dekat penginapan juga kebanyakan tutup sekitar jam 7 malam, jadi sebisa mungkin makan malam lebih cepat atau menyetok makanan ringan karena tidak ada mini market.


Penginapan Jatiluwih
Sunrise dari rooftop penginapan.

Pagi hari adalah waktu yang luar biasa di sini karena dari Rooftop Adhi Jaya Suite, kamu bisa menyaksikan matahari terbit dengan pemandangan sawah. Sekitar jam 06.00-06.30, matahari pagi mulai muncul dan menyiratkan warna langit dengan semburat jingga yang sukses bikin terkesima.


Kalau kata adik aku, langitnya seperti sinar matahari di serial Teletubbies hehe.


Trekking Menyusuri area Persawahan Jatiluwih


Penginapan Jatiluwih
Jalan setapak di Jatiluwih dan pemandangan tiga gunung.

Setelah puas menikmati sunrise di Rooftop Adhi Jaya Suite, kamu wajib trekking ke area persawahan. Area ini juga disebut dengan Jatiluwih UNESCO karena memang ditetapkan sebagai warisan tak benda pada tahun 2012.


Tidak perlu khawatir tentang medannya, karena area Jatiluwih sudah dilengkapi dengan fasilitas jalan setapak yang memadai. Pagi hari memang waktu yang tepat untuk trekking di sini. 


Pemandangan gunung terlihat jelas karena area sawah terasering Jatiluwih tepat berada di kaki Gunung Batukaru. Ada dua gunung lainnya yang terlihat jelas di pagi hari, yakni Gunung Sangyang dan Poohen.


Ketika berjalan menyusuri jalan setapak, sebelah kiri dan kanan hanyalah pemandangan terasering sawah yang indah. Padi di Jatiluwih juga tumbuhnya tinggi sekali. Jatiluwih memang jadi kawasan khusus untuk menanam padi jenis beras merah. Selain karena kecocokan lahan tanamnya, ini juga merupakan aturan adat Krama Subak (organisasi petani di Bali yang mengatur sistem irigasi secara tradisional) untuk menanam padai jenis tersebut.


Kapan waktu yang tepat berkunjung ke Jatiluwih?


Penginapan Jatiluwih
Padi beras merah yang tinggi-tinggi dan masih berwarna hijau.

Beruntungnya waktu aku ke sana, sawah di Jatiluwih sedang bagus-bagusnya. Katanya, sepanjang bulan Februari hingga April, padi mulai tumbuh dan sedang hijau-hijaunya. Aku kesini pada pertengahan Mei, padinya masih tampak hijau, namun juga sudah terlihat sedikit menguning.


Di bulan Juni, area Jatiluwih memasuki masa panen. Kemungkinan pada saat itu pemandangannya tidak akan sesegar pada bulan-bulan sebelumnya. Aku juga pernah berkunjung ke sini pada bulan November. Saat itu sawahnya terlihat sangat kuning dan beberapa area juga sedang berada pada masa tanam.


Jadi lebih baik jika mengunjungi Jatiluwih di bulan Februari hingga pertengahan Mei untuk mendapatkan pemandangan yang menakjubkan.


Harga Tiket Masuk Jatiluwih dan Rekomendasi Makanan


Untuk masuk ke area Jatiluwih, satu orang wisatawan domestik akan dikenai tiket masuk seharga Rp15.000 dan Rp40.000 untuk wisatawan asing. Mungkin karena pada saat aku kesana adalah musim liburan, para penjaga tiket sudah menunggu di pintu masuk kawasan Jatiluwih. Tiket masuk ini juga sudah termasuk biaya untuk masuk ke area persawahan.


Lalu di mana rekomendasi tempat makan di Jatiluwih?

Penginapan Jatiluwih
Bubur betutu beras merah dengan pemandangan sawah.


Di sepanjang kawasan Jatiluwih dan di dekat Adhi Jaya Suite memang ada banyak Jatiluwih café dan restoran lokal. Namun, pilihan aku jatuh pada Warung Bubur Betutu Beras Merah Jatiluwih. Bubur ini cukup unik karena terbuat dari beras merah Jatiluwih dengan daging ayam betutu dan juga disiram kuah betutu. Seporsi bubur ini dibanderol dengan harga Rp15.000.


Kamu juga tidak boleh melewatkan teh beras merah Jatiluwih. Teh ini cukup unik karena seperti minum teh dengan rendaman beras merah. Warna dari tehnya memang alami dari beras merah dan dicampur dengan jahe jadi lebih nikmat untuk kaum jompowati seperti aku. Harga satu gelas teh beras merah adalah Rp10.000.


Penginapan Jatiluwih
Teh beras merah


Rute ke Jatiluwih


Untuk mencapai Jatiluwih, kamu bisa naik mobil atau motor. Dengan bantuan google maps, perjalanan dari Kuta mencapai 2 jam perjalanan dan dari Denpasar mencapai 1,5 jam.


Itu tadi cerita tentang Jatiluwih wisata yang sangat berkesan buat aku. Untuk kamu yang ingin berkunjung ke Jatiluwih juga lebih baik pada pagi hari karena di atas jam 12 siang, cuaca biasanya berubah menjadi mendung dan cenderung hujan.


Semoga tulisan ini menjawab rasa penasaran kamu dan juga bisa menjadi rekomendasi wisata Jatiluwih. Semoga penginapan di sini juga bisa segera berbenah agar tamu semakin betah untuk liburan ke Jatiluwih.


***


CONVERSATION

16 Comments:

  1. Wihh.... Mantap nih, keren habis tulisannya. Semangat menulis Ames.

    BalasHapus
  2. Mantap, harganya manusiawi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, masih terjangkau untuk mendapatkan pemandangan begitu ya:)

      Hapus
  3. Bagus banget 😍 jadi pengen coba nginep disana. Semoga nanti bisa kesampaian

    BalasHapus
  4. Rumahku di daerah tabanan tapi ke jatiluwih cuman sekali

    BalasHapus
  5. cakep banget asliii kak, jadi pingin kesana juga. kalau gak bermalam bisa kan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa dong:) Tapi lebih bagus kalau pagi hari ke sana, karena siang-sore udah mulai mendung.

      Hapus
  6. Kerennn bangett, aku jadi pengen kesana 😍

    BalasHapus
  7. Makasih banyak ames udah mau buat review ini! jadi ada referensi tempat staycation💖

    BalasHapus