Menyelami Keautentikan Situs Purbakala Goa Gajah

Liburan ke Bali tidak akan komplet jika belum mengunjungi situs-situs bersejarah, termasuk merasakan pengalaman spiritual seperti masyarakat lokal. 

Tempat paling tepat untuk menjelajahi aneka warisan bersejarah ini adalah daerah Gianyar. 

Tidak jauh dari Pusat Kota Denpasar, Gianyar merupakan daerah yang terkenal akan seni dan budayanya yang kental.

Ada banyak peninggalan sejarah yang dapat ditemui di daerah Gianyar, salah satunya adalah Pura Goa Gajah. 

Diambil dari kata “Lwa Gajah” yang memiliki arti Sungai Gajah, nama ini diambil dari Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca pada tahun 1365 M.

Diartikan sebagai tempat pertapaan yang berada di sungai, Pura Goa Gajah ini disebut-sebut telah dibangun sejak abad ke-11 Masehi. 

Masa tersebut merupakan masa kejayaan Majapahit yang dipimpin oleh Hayam Wuruk dan saat itu pula daerah ini sedang berada di bawah pemerintahan Raja Sri Bedulu.

Ada banyak cerita dan warisan bersejarah yang dapat diselami di Pura Goa Gajah. Mulai dari arsitekturnya yang masih dipertahankan sejak awal ditemukan hingga berbagai peninggalan yang menorehkan kerukunan antarumat beragama di Bali. 

Lalu apa saja hal-hal menarik dari Pura Goa Gajah?

Situs Purbakala yang Masih Dipertahankan Keotentikannya

Pura Goa Gajah pertama kalinya ditemukan pada tahun 1923, di mana saat itu yang ditemukan pertama kalinya adalah arca Ganesha, patung Tri Langga, dan patung Hariti. 

Penelitian kemudian dilanjutkan oleh para arkeolog hingga pada tahun 1979, ditemukanlah sebuah kolam kecil di depan mulut goa dengan enam patung perempuan dengan pancuran. 

Air yang keluar dari pancuran tersebut juga disebut-sebut dapat mempermuda usia dan saat ini menjadi tempat melukat (pembersihan diri dengan air pancuran di tempat suci).

Sebelum masuk ke dalam goa, di muka goa akan ada ukiran kalamakara (bentuk wajah raksasa) yang biasanya terdapat di pintu-pintu candi. 

Bagian kanan dan kirinya juga dihiasi dwarapala, patung penjaga yang bertugas untuk menjaga pintu masuk goa. 

Ketika masuk ke dalam goa, rasanya tidak pengap dan cenderung lembab. Di beberapa bagian tembok goa terdapat beberapa ceruk yang dahulunya dijadikan sebagai tempat bertapa. 

Goanya tidak sempit dan lorongnya yang berbentuk T memiliki cabang ke kiri dan ke kanan. 

Di dalam goa terdapat patung Ganesha yang letaknya di bagian barat sedangkan di bagian timur terdapat tiga buah lingga sebagai simbol Siwa dan di bagian tengah juga terdapat tempat untuk menghaturkan canang (sesajen yang digunakan Umat Hindu untuk sembahyang). 

Berbagai situs purbakala ini merupakan warisan bersejarah yang disebut-sebut telah eksis sejak abad ke-11 Masehi dan masih dipertahankan keautentikan bentuk dan fungsinya. 

Pemugaran hanya dilakukan di beberapa bagian seperti akses jalan dan infrastruktur untuk keperluan beribadah. 

Bahkan pengunjung juga dapat melihat berbagai puing-puing bangunan candi yang dibiarkan menumpuk hingga pohon tua yang sangat tinggi. 

Di bagian luar goa juga terdapat bangunan pura untuk menghaturkan canang dan melakukan kegiatan persembahyangan.

Menjadi Simbol Kerukunan antarumat Hindu dan Buddha

Jika berjalan ke arah Selatan, pengunjung akan menuruni tangga menuju Buddha Temple

Di kawasan ini terdapat reruntuhan stupa yang diyakini sebagai kawasan tempat beribadah untuk umat Buddha. Ada banyak pepohonan yang rindang dan suasananya lebih sejuk karena terdapat air terjun kecil hingga kolam teratai yang indah.

Di kawasan ini juga terdapat sebuah fragmen arca Buddha hingga sebuah ceruk untuk pertapaan. 

Bahkan disebut pula bahwa arca Buddha yang memiliki persamaan dengan arca yang berada di Candi Borobudur pada pertengahan abad ke-9 masehi. 

Maka dapat disimpulkan bahwa tempat peribadatan agama Buddha ini dibangun terlebih dahulu dibandingkan peribadatan Hindu di bagian goa dan sekitarnya.

Apa saja yang harus diperhatikan ketika menjelajahi Pura Goa Gajah? 

Sebelum memutuskan untuk berkunjung ke Pura Goa Gajah, pengunjung sebaiknya sudah mempersiapkan kain dan selendang sebagai sarana untuk masuk ke tempat suci yang ada di Bali. 

Selain itu, untuk perempuan yang sedang datang bulan dilarang untuk memasuki area pura. Pikiran, perkataan, dan perbuatan juga harus selalu dijaga ketika mengunjungi situs bersejarah Pura Goa Gajah dan kawasan suci lainnya. 

Beberapa bagian bangunan juga harus diperhatikan seperti ceruk dan patung juga diberi tulisan peringatan agar tidak diduduki sembarangan.

Harga tiket masuk untuk berkunjung ke Pura Goa Gajah adalah Rp30.000 untuk dewasa dan Rp15.000 untuk anak-anak. Harga tiket masuk ini juga sudah termasuk dengan kain dan selendang untuk dipakai saat berada di kawasan pura.

Rute, Kuliner, dan Akomodasi Terdekat

Pura Goa Gajah terletak di Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam dari pusat Kota Denpasar. 

Pengunjung melewati kawasan Sanur, Batu Bulan, dan langsung menuju ke arah Blahbatuh. 

Karena tidak ada kendaraan umum, Teman Brisik bisa menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa mobil travel.

Untuk kuliner terdekat, pengunjung bisa makan siang di Warung Makan Teges yang menyajikan aneka nasi campur khas Bali yang letaknya hanya sekitar 3 menit dari Pura Goa Gajah. 

Menyelami situs bersejarah di Pulau Bali memang hal yang patut dicoba selain hanya berlibur ke pantai. Apakah kamu tertarik berkunjung ke Goa Gajah yang mengagumkan?

*Artikel ini pertama kali ditulis untuk portal Brisik ID pada 11 November 2021 dan ditangguhkan karena restrukturisasi perusahaan. Informasi dapat berubah sewaktu-waktu seiring perubahan fasilitas kondisi pariwisata.


CONVERSATION

0 Comments:

Posting Komentar