Sudahkah resolusimu tahun ini tercapai? Atau malah porak-poranda?
Tulisan ini bukanlah sebait kata-kata mutiara, apalagi motivasi untuk membuat sebuah resolusi tahun baru.
Meski sedikit terlihat seperti penyesalan, tulisan ini bukan untuk mengajak menyesali hal-hal yang sudah lewat.
Apalagi untuk terus merasa bersalah pada pencapaian-pencapaian yang memang belum tercapai setahun kemarin.
Aku percaya, bahwa ada sesuatu di luar kuasa manusia yang 'sedikit' menghalangi keinginan kita.
Tapi bukankah hal itu justru membuat kita memahami apa yang sebenarnya kita butuhkan?
Menjadi orang yang skeptis adalah makanan sehari-hariku beberapa tahun ke belakang—atau kalau sedang denial, aku sebut sedang melakukan 'YOLO'.
"You only live once," katanya. Aku pikir pernyataan itu memang benar-benar khusus untuk orang-orang skeptis saja, seperti diriku kemarin.
"Kapan lagi memang kita bisa hidup seperti ini? Toh, hidup cuma sekali!"
Lagi-lagi aku denial.
Mungkin seharusnya aku bisa melakukan sesuatu lebih maksimal lagi, atau menjadi lebih berani, atau lebih terbuka pikirannya.
Atau seharusnya aku tidak perlu berpikir terlalu berat?
"Entahlah, jalani saja!"
Lagi-lagi aku menyisipkan racun ke dalam diriku sendiri. Bahwa aku melakukan yang memang baik menurutku.
Dan mungkin belum tentu baik bagi orang lain, terutama orang-orang terdekatku.
Lagi-lagi aku menjadi egois.
Lagi-lagi, aku hanya berpikir sendiri.
Skeptisisme yang mendarah daging pada diriku sungguh sulit dihilangkan dan aku sadar, ini hanya akan semakin menyulitkan diriku.
Hal ini hanya membuatku membatasi diri dan tanpa sadar, aku telah melewatkan beberapa momen yang 'mungkin' akan membawaku ke dunia yang baru.
Dunia yang lebih berwarna, karena mungkin pada akhirnya, kekosongan yang kurasakan bisa perlahan terisi.
Lagi-lagi aku masih sama. Aku masih terjebak dalam kekalutan: ketakutan yang hanya ada di kepalaku.
Terkadang aku masih saja belum bisa mengontrol ekspektasi akan masa depan. Atau terkadang masih dihantui kabut masa lalu.
Padahal seharusnya aku hanya perlu melakukan apa yang harus dilakukan saat ini.
Ini adalah paradoks.
Dan lagi-lagi aku terjebak di dalamnya. Terjebak dalam diriku sendiri.
Ketika lama terbius oleh hal ini dan kemudian tersadar, lagi-lagi aku memang hanya sendirian.
Dan aku harus berjuang untuk itu.
Aku mulai menarik jauh ke belakang, mengumpulkan kepingan-kepingan lalu yang membuat diriku menjadi seperti ini.
Menemukan inner child-ku, untuk kemudian memeluknya dan berbisik padanya, bahwa apa yang sudah ia lakukan selama ini adalah hal terhebat.
Mengelus kepalanya, bahwa tak apa-apa untuk sesekali bersantai. Tak apa-apa untuk melakukan kesalahan. Tak apa-apa untuk menolak sesuatu yang tak diinginkan.
Untuk bertahan hidup saja sudah sulit, apalagi jika harus selalu memenuhi ekspektasi orang-orang.
Pada akhirnya, memang hanya diri sendiri yang bisa menyelamatkan diri sendiri.
Untuk kemudian kembali pada mereka yang memang benar-benar mengerti dan saling menghargai.
Dunia memang tidak selalu indah, tapi sesungguhnya kita pun bisa menciptakan 'keindahan' versi diri kita sendiri.
Ah, sepertinya aku harus mulai membuat sebuah resolusi kecil untuk tahun depan.
Resolusi yang kuyakini dapat membuat diriku untuk ingin terus bertahan hidup—sesuatu yang memang seharusnya kulakukan.
Jangan sampai aku kehilangan diriku lagi.
Setahun kemarin mungkin bukan hal yang mudah dan mulus bagi sebagian orang.
Tetapi yakin lah, bahwa ketika kita telah mampu melewatinya saja, itu sudah sangat luar biasa.
Selamat tahun baru!
0 Comments:
Posting Komentar