Sharjah Cultural Heritage: Menelusuri Pusat Kebudayaan Timur Tengah


Sharjah Cultural Heritage

Sharjah, di mana itu?

Bukan soal gedung-gedung pencakar langit atau suasana kota yang begitu sibuk. Ketika liburan ke Tanah Arab, kamu juga bisa melimpir ke tempat wisata sejarah di Dubai. 

Museum adalah pilihan yang tepat untuk menelusuri sejarah tempat yang sedang kamu kunjungi.

Untuk kamu yang menyukai wisata sejarah, selain bisa mengunjungi museum di Dubai, kamu juga bisa menemukannya di luar kota. Disebut Sharjah, kota yang kaya akan warisan budaya Timur Tengah. 

Kota ini adalah tempat terbaik untuk wisata sejarah karena UNESCO telah menetapkannya sebagai pusat kebudayaan masyarakat Timur Tengah. 

Tidak hanya itu, Sharjah juga diberi title “Ibu Kota Kebudayaan Islam” oleh ISESCO pada tahun 2014 karena kontribusinya terhadap pelestarian budaya Arab dan Islam.

Berbeda dari Dubai yang ikonik dengan gedung pencakar langit dan suasana metropolitan, wisata Sharjah menawarkan arsitektur bangunan antik yang dipenuhi oleh museum di kawasan bersejarahnya. 

Butuh waktu sekitar 45 menit dari Dubai untuk mencapai Sharjah jika lalu lintas terpantau lancar.

Aku hanya berkesempatan sekali saja mengunjungi Sharjah. Sesungguhnya, ada banyak yang bisa ditelusuri dari kota ini, namun karena tidak memiliki banyak waktu, akhirnya pilihan jatuh untuk menelusuri aneka museumnya di kawasan Heart of Sharjah.

Apa saja yang bisa ditemukan di kawasan bersejarah ini?

Menelusuri Bangunan Antik di Sepanjang Distrik Sejarah

Sharjah Cultural Heritage

Di sepanjang jalan kawasan Heart of Sharjah, kamu akan disuguhkan oleh aneka bangunan yang terlihat antik. Rasanya seperti berada di Tanah Arab masa lampau. 

Sekitar jam tiga sore, aku tiba di kawasan ini dan udaranya tidak begitu panas karena telah memasuki bulan Desember. 

Matahari Timur Tengah memang begitu cantik, apalagi sekitar jam segitu adalah waktu yang pas untuk mendapatkan golden hour.

Sharjah Cultural Heritage

Di kawasan bersejarah ini, kamu akan menemukan masjid yang didominasi dengan warna krem dan biru serta dikelilingi oleh corak kaligrafi. 

Jalanannya ditutupi paving dan terlihat bersih. Tak ada sampah sama sekali. 

Bangunan-bangunannya yang dikatakan terbuat dari batu coral yang memberi aksen warna oranye dan krem sehingga ketika terkena sinar matahari, warnanya terlihat semakin cantik. 

Di kawasan ini juga ada pasar tradisional atau dalam bahasa Arabnya adalah Souk. Di sini kamu bisa menemukan oleh-oleh khas Arab dengan interior pasar yang juga terlihat antik.

Sharjah Heritage Museum

Sharjah Culture Heritage
Pintu Masuk Sharjah Heritage Museum.

Museum ini merupakan hasil restorasi dari bangunan abad ke-18 yang dulunya merupakan rumah saudagar mutiara dari keluarga Al Qasimi. 

Pada masa itu, bangunan dari rumah ini hanyalah terbuat dari coral dan bahan alami lainnya.

Sharjah Cultural Heritage

Kamu bisa menyelami kultur Emirati (orang Arab), mulai dari tradisi keagamaan mereka yang tinggal di daerah gurun pasir. Ada enam galeri yang menampilkan pemandangan alam, gaya hidup, tradisi, mata pencaharian, hingga ilmu pengetahuan dan tradisi dari orang Arab.

Papan yang menjelaskan isi museum.

Di sini juga banyak diceritakan bagaimana kehidupan perempuan Bedu, yakni orang-orang yang hidup nomaden di gurun pasir. 

Ada banyak perhiasan, baju tradisional, piranti, uang kuno, hingga rempah-rempah yang dipajang secara apik. 

Jangan khawatir jika kamu tidak mengerti dengan setiap barang yang dipajang, karena museum ini telah menyajikan papan yang berisi gambar dan penjelasan dengan bahasa Arab dan Inggris yang dapat memudahkanmu untuk memahami isinya.

Diorama yang menceritakan cerita rakyat.

Museum ini juga ramah untuk anak-anak, di mana ada satu ruangan khusus yang berisi properti warna-warni dan aneka mainan seperti puzzles dan diorama yang berisi cerita rakyat dan kebudayaan Timur Tengah.

Sharjah Caligraphy Museum

Museum kaligrafi yang tertata apik.

Museum ini disebut-sebut sebagai satu-satunya museum di Arab yang khusus menyajikan kaligrafi. 

Sepanjang tembok museum memang dipenuhi oleh bingkai-bingkai tulisan kaligrafi mulai dari style Kufic awal hingga huruf kaligrafi lain yang berkembang dari masa ke masa. 

Di sini kamu bisa menyelami seni kaligrafi Islam yang tak lekang oleh waktu.

Kaligrafi yang maknanya luar biasa.

Di sepanjang tembok yang memuat lukisan kaligrafi, disematkan pula makna dari kaligrafi tersebut dalam bahasa Arab dan Inggris. Salah satu kaligrafi yang aku suka itu berbunyi “The best of you is the one with good deeds and lives in honesty”. 

Aku memang tidak mendalami agama Islam, alih-alih mengerti tulisan Arab. Namun Kaligrafi ini sungguh menarik perhatianku karena maknanya yang universal, bahwa versi terbaik kita sebagai manusia adalah berbuat baik dan hidup dalam kejujuran.

Perkakas yang digunakan untuk melukis kaligrafi.

Museum kaligrafi ini memamerkan hasil karya seniman kaligrafi lokal dan internasional yang dibuat di atas kanvas, kayu, kertas, hingga keramik. Di sini kamu juga bisa melihat perkakas yang digunakan untuk melukis kaligrafi.

Bait Al Naboodah

Jika kamu ingin merasakan pengalaman kehidupan di rumah tradisional orang Arab, kamu wajib mengunjungi Bait Al Naboodah. 

Disebut-sebut telah dibangun sejak tahun 1845, rumah ini juga merupakan rumah dari saudgar mutiara yang bernama Obaid bin Eissa bin Al Shamsi yang juga dijuliki Al Naboodah. 

Ia adalah saudagar mutiara terkemuka yang memiliki hubungan bisnis dengan India, Afrika, dan Prancis.

Sharjah
Teras rumah Bait Al Naboodah.

Rumah ini juga terlihat sangat luas dan megah. Setiap ruangannya memiliki cerita sendiri. Waktu itu aku mampir ketika sudah petang. Rumah yang dimuseumkan ini terasa agak mengerikan. 

Tapi aku mencoba memasuki beberapa pintu yang di dalamnya menceritakan mutiara timur tengah hingga ruangan yang didominasi oleh warna merah sebagai tempat untuk berkumpulnya keluarga.

Sharjah
Mutiara timur tengah dan proses restorasi Bait Al Naboodah menjadi museum.

Sebelum terkenal sebagai penghasil minyak mentah terbesar di dunia, Uni Emirat Arab memang terkenal sebagai penghasil mutiara terbaik pada abad 19. 

Namun semua itu berubah ketika Perang Dunia II usai, Tanah Arab tidak lagi dikenal sebagai penghasil mutiara terbaik. 

Kini Uni Emirat Arab telah berhasil bangkit di 50 tahun usianya dan menjadi salah satu negara yang paling kaya di dunia. 

Meski mutiara dari Timur Tengah hanya tinggal kenangan, melalui Al Naboodah, kamu masih bisa menikmati cerita-cerita tentang mutiara Timur Tengah. 

Dari sejarah hingga kemasyhurannya yang sempat menjadi perhiasan tokoh-tokoh dunia, salah satunya Ratu Elizabeth I.

Bersantai di Al Qasba

Sharjah
Al Qasba saat matahari terbenam. Cantik ya?

Untuk melepas lelah setelah mengunjungi aneka museum, kamu bisa bersantai di Al Qasba. Tempat ini adalah plazanya Sharjah yang menyajikan banyak atraksi. 

Tempat ini cocok untuk kamu yang ingin makan ke restaurannya atau naik boat karena ada sungai di tengah-tengahnya.

Sharjah
Suasana di Al Qasba.

Al Qasba juga jadi tempat yang indah untuk melihat matahari terbenam. Ada beberapa gerai yang menjual aneka street food

Waktu itu aku agak kaget karena bisa menemukan jus seharga 12 Dirham. Karena waktu itu duniaku hanya seputar Expo 2020 Dubai yang semuanya serba mahal, ternyata di Sharjah makanannya tidak begitu menguras kantong.

Tiket Masuk dan Rute Jalan


Tiket masuk untuk ke museum di kawasan Sharjah Heritage District adalah sebesar 5 Dirham atau sekitar Rp20.000 untuk masing-masing museum. 

Menurutku, untuk harga segitu adalah harga yang normal untuk museum. Apalagi museumnya sangat apik dan bersih.



Untuk rute jalan ke Sharjah, sayangnya aku tak bisa merekomendasikan untuk kendaraan umum karena aku sendiri waktu itu naik mobil bersama rekan kerjaku. 

Namun, yang aku tahu jika perjalanan dari Dubai, kamu bisa naik taxi dengan aplikasi Careem, sistemnya mirip seperti Grab/Gojek-nya Indonesia. 

Bisa juga menggunakan bus dan kamu bisa memeriksanya melalui website rome2rio.

Sharjah
Bonus masjid yang difoto pas di jalan.

Itu dia ceritaku tentang Sharjah. Aku sempat terkesima dengan kota ini karena sepertinya aku memang tidak cocok dengan suasana Dubai yang sangat kota sekali. 

Sayangnya, aku hanya sempat ke Sharjah sekali saja. Tapi satu hari ini ternyata telah membuka mataku tentang kehidupan lampau masyarakat Timur Tengah yang jadi cerita abadi dan akan selalu tertanam dalam hati.


***


CONVERSATION

1 Comments: