Bisakah Kita Membuat Segala Sesuatu Jadi Lebih Personal?



Setahun lebih sedikit, pandemi belum juga berakhir. Aku pikir berkutat dengan hal-hal baru yang menurutku agak aneh hanya akan dirasakan di saat-saat tertentu saja. Ternyata tidak.


Tahun ini pun masih harus pakai masker. Kepala atau tangan masih perlu ditembak dengan thermo-gun. Semua harus terasa bersih mulai dari tangan hingga ruangan.


Narasi vaksinasi yang masih jadi perdebatan hingga peraturan-peraturan yang mengernyitkan dahi: psbb-ppkm mikro-ppkm darurat dan istilah lain yang tak ku pahami.


Hal esensial lainnya adalah menghindari kerumunan. Berkumpul dalam keramaian hingga menciptakan kerumunan adalah hal yang tak terhindarkan sebagai makhluk sosial.


Lalu bagaimana dengan manusia yang memutuskan untuk menjadi seorang individual?


Bukankah seharusnya mereka senang?


Seorang individual tidak serta-merta harus selalu hidup sendirian atau tak butuh orang lain. Meski individual, mereka juga butuh berinteraksi.


Ingatlah kata Max Weber bahwa masyarakat adalah kumpulan dari individu. Jadi, tak masalah jika kamu men-cap dirimu sebagai seorang individual.


Seorang individual bukanlah hal yang jahat. Bukan juga secara sengaja mengabaikan keberadaan orang lain. Seorang individual bebas memilih untuk terlibat dalam suatu perkumpulan atau melakukan hal-hal sendirian.


Lalu Mengapa Aku Memilih untuk Jadi Seorang Individual?

Tak pernah terbesit dalam pikiranku untuk memutuskan menjadi seorang individual. Sewaktu di masa sekolah, aku sangat punya semangat berkomunitas. 


Bahkan akan ku lakukan segala sesuatunya untuk teman-temanku. Mungkin sifat ini masih ku miliki sekarang. Tapi pelan-pelan aku kurangi. Akan ku bantu mereka sepenuh hati, jika memang mereka benar-benar membutuhkan aku. 


Saat ini aku lebih suka segala sesuatu yang personal. Kadang sendiri, atau berdua saja sudah cukup. Kembali ku ingat tentang pelajaran kuliah dulu mengenai "Dyad" dan "Triad".


Di mana Dyad adalah hubungan dua orang yang terasa lebih intim dan personal. Tak ada pihak lain yang akan menengahi. Berbeda dengan Triad yang mana ada kehadiran pihak ketiga (hubungan tiga orang) yang mengurangi keakraban Dyad.


Dulu usiaku masih 19 tahun dan tak cukup paham dengan istilah ini. Namun, seiring berjalananya waktu (kini usiaku hampir 25 tahun) dan akhirnya merasakan hal tersebut. 


Bahwa sesungguhnya aku lebih nyaman dalam posisi Dyad. Entah mereka lelaki atau perempuan, setidaknya kita berbicara hal-hal personal tanpa ada yang menengahi. Jika terjadi konflik pun sifatnya frontal. Setidaknya dengan itu kita bisa saling terbuka satu sama lain.


Pandemi dan Segala Sesuatu yang Jadi Lebih Personal

Saat ini mau tak mau semua interaksi jadi lebih terbatas. Tentang segalanya yang serba virtual. Mungkin jika kepribadian ekstrovertmu lebih dominan, ini menjadi hal yang sulit.


Setidaknya untuk mengobati rindu dalam berinteraksi ada gawai yang menemani. Namun pasti berbeda rasanya. Ketika energi yang kamu rasakan berasal dari keramaian.


Semoga kamu bisa menyesuaikan keadaan ini. Pelan-pelan menjadikan hal-hal menjadi lebih personal. Semoga kamu bisa menemukan kenyamanan terhadap hal tersebut.


Sebagai seseorang yang dominan dengan introvert-nya, awalnya aku merasa nyaman dengan keterbatasan ini. Bahkan aku sempat senang karena aku tak perlu membuang-buang energiku untuk berinteraksi/berbasa-basi dengan orang-orang.


Hingga akhirnya aku memutuskan untuk menemui teman-teman lama atau orang-orang asing yang ku temukan. Rasanya masih nyaman ketika berinteraksi dengan satu orang saja, atau paling banyak lima orang.


Itupun jika obrolan kami sefrekuensi, atau hanya obrolan sampah untuk jadi bahan tertawaan. Hingga pulang dan kekosongan itu makin terasa.


Kadang aku lebih merasa puas dengan diriku yang selama seminggu hanya berada di dalam kamar. Atau menyelingkan beberapa hari untuk bertemu orang-orang terdekat.


Ternyata pandemi ada hikmahnya juga untuk orang-orang yang tak punya energi untuk orang lain. Tak ada kewajiban untuk berinteraksi. Tapi mungkin keadaan seperti ini tak selamanya bisa terjadi.


Aku pun tak ingin terus-terusan ada pandemi. Untuk dirimu yang juga seorang individual, berterima kasihlah pada teman-temanmu, orang terdekatmu yang selalu menanyakan kabarmu. Atau yang selalu ada untukmu ketika kamu tak sanggup lagi merasa kesepian.


Semoga kita dan mereka selalu diberi kesehatan. 







CONVERSATION

0 Comments:

Posting Komentar