Labuan Bajo Memang Seindah Itu!



Sebagai salah satu destinasi wisata yang paling diminati, Labuan Bajo selalu masuk dalam bucket list yang mengidamkannya. Pemandangan yang memanjakan mata dengan lautnya yang biru serta banyak spot foto yang instagramable, membuat semakin banyak orang yang ingin berkunjung ke Labuan Bajo. Begitu pula dengan aku, walaupun ngga pernah bikin bucket list apapun, tapi tetap punya keinginan terdalam untuk bisa menikmati suasana di Labuan Bajo. Dan ini sepenggal pengalamanku merasakan indahnya Labuan Bajo…



Air laut yang ada ikan kecil-kecilnya
Dok. Medina Janneta

Jadi sebenarnya ini bukan sebuah kesengajaan “liburan” aku bisa sampai sini. Karena ada acara volunteering di salah satu Desa di Manggarai Barat (cerita selengkapnya akan aku buat terpisah), aku jadi punya kesempatan untuk menikmati liburan di tiga Pulau di Labuan Bajo yaitu; Pulau Padar, Pulau Rinca (Loh Buaya), dan Pulau Kelor. Bagi orang Bali seperti aku yang sudah biasa melihat pantai, aku tetap merasa suasana “laut” di Labuan Bajo berbeda. Entah aku saja yang merasakan atau bagaimana, warna lautnya di sana biru pekat, sampai ke hijau tosca. Kalaupun kita lihat baik-baik akan ada ikan kecil-kecil karena beningnya air laut di sana. Aku hanya sempat jalan-jalan seharian saja karena padatnya kegiatan di sana. Tapi, aku merasa cukup puas karena cuaca kebetulan cerah dan selalu disuguhi pemandangan dari kapal. Dari kapal, kita bisa melihat bukit-bukit bahkan jika beruntung ada lumba-lumba yang melompat keluar dari laut!

Kapal open deck
Dok. Nays 

Setelah aku googling kapal yang aku gunakan untuk menyebrang pulau adalah jenis kapal open deck. Kapal ini memiliki panjang sekitar 20 meter dan lebar 3 meter. Kapal ini memang direkomendasikan untuk sailing selama satu hari. Awalnya aku benar-benar ngga nyangka bakal naik kapal ini. Aku kira bakal naik kapal yang biasa saja. Walaupun open deck ini merupakan kapal yang cukup murah, tapi fasilitas yang didapatkan lumayan lho! Kita dapat akses toilet, buah, kopi/teh, kursi panjang yang ada alas bantal dan sandaran, matras untuk leha-leha, bahkan di bagian atas kapal juga ada tempat tidur untuk beristirahat. Meskipun kita tidak dapat makan siang karena budget yang lumayan, kita juga bisa bawa bekal untuk makan siang di kapal. Selain itu kita juga bisa foto-foto di kapal dengan latar belakang laut dan bukit sembari menikmati angin yang sepoi-sepoi.



Pulau pertama yang aku kunjungi adalah Pulau Padar. Pulau ini dapat dikatakan sebagai icon Labuan Bajo yang dimana terlihat pemandangan bukit dan laut yang terbagi tiga. Intinya gambar dari Pulau Padar ini ngga asing deh! Kalau di gambar Pulau Padar ini memang terlihat sangat indah, bahkan waktu aku turun dari kapal, warna lautnya bagus banget! Tapi untuk sampai puncak bukan hal yang mudah. Kita harus trekking untuk mendapatkan pemandangan tiga laut itu. Waktu mulai trekkiking, aku emang udah siapin mental karena aku sebenarnya ngga kuat jalan jauh apalagi mendaki gitu. Tapi aku berusaha positive thinking, walaupun waktu di sana aku hampir kepeleset dan jatuh, namun pada akhirnya aku puas bisa sampai puncak dan melihat sendiri bagaimana aslinya Pulau Padar dan ternyata memang indah banget, malah lebih bagus dari yang aku lihat di gambar!


Pemandangan ala Madagascar


Komodo yang lagi anteng
Dok. Nays

Destinasi wisata selanjutnya adalah Pulau Rinca. Satu-satunya dermaga sebagai tempat berlabuhnya kapal di sini dinamakan Loh Buaya. Di sini juga disebutkan bahwa Loh Buaya termasuk Taman Nasional Komodo di Pulau rinca. Loh sendiri diartikan sebagai teluk dan buaya berarti hewan buaya. Mendengar penjelasan dari ranger, menurut masyarakat di sana buaya itu ada dua; buaya laut (yang biasa kita lihat pada umumnya) dan buaya darat (komodo). Maka dari itu komodo di sini juga disebut sebagai buaya. Waktu aku di sini tidaklah lama, aku pikir akan trekking lagi ternyata hanya jalan sedikit dan bertemu ke tempat komodo. Rute jalannya sendiri pun asyik, seperti ada di savana. Meskipun cuaca sangat panas, kita bisa cukup menikmatinya karena dapat panorama ala Madagascar begitu. Untuk komodonya sendiri, aku pikir akan jadi saat-saat menegangkan ketika bertemu dengan mereka. Ternyata pada saat itu, komodonya lagi anteng-antengnya. Ditemani dengan dua ranger yang memandu, kita juga bisa foto-foto dengan komodonya dengan jarak sekian meter.
Pemandangan di Pulau Kelor

Hari sudah semakin siang, akhirnya kapal berlabuh ke Pulau Kelor. Di sini, tampak jejeran bukit-bukit yang menghiasi pemandangan. Namun, sayang sekali waktu menunjukkan bahwa kami tidak bisa trekking karena sebentar lagi sore. Jadi aku dan teman-teman hanya bermain air dan beberapa ada yang snorkeling dan berenang. Hanya sekitar satu setengah jam, langit berubah gelap tanda hujan akan segera datang. Kami semua diminta untuk kembali ke kapal dan pulang. Di perjalanan pulang, hujan deras datang seperti badai!  hujan masuk ke kapal dan aku tidak bisa melihat apapun keluar kecuali warna putih seperti kabut. Ini pengalaman pertamaku terkena badai di kapal. Syukurnya, itu hanya terjadi sebentar. Semakin dekat ke kota, hujan reda dan sunset tiba. Yang benar-benar bikin aku heran di sini adalah, bisa-bisanya usai hujan deras, matahari terbenam itu masih akan terlihat.

Kapal siap berlabuh pulang
Dok. Dita Dwi

Sesampainya di Pelabuhan, aku dan teman-teman bergegas kembali ke Desa. Sebuah pengalaman yang ngga bakal aku lupakan. Mungkin kenikmatan dalam perjalanan ini ngga bakal terjadi dalam hidupku beberapa tahun ke depan. Dan iya, aku sangat beruntung bisa menikmati pengalaman ini. Dalam cerita kali ini aku ngga menyinggung biaya karena ini super duper tejangkau khusus buat kami yang ikut pengabdian. Jadi bener kata orang, “Nikmat mana yang kau dustakan? Benar-benar bonus dari segala bonus!”

CONVERSATION

0 Comments:

Posting Komentar