Sweet Short Escape in Ubud




Sesuatu yang tak pernah direncanakan sebelumnya terkadang bisa benar-benar terjadi tanpa disangka sebelumnya. Kalau tinggal di Bali orang-orang mungkin berpikir bahwa banyak tempat yang bisa dikunjungi tanpa ada batas jarak. Yups, and this is my short escape in Ubud!


Terkadang aku berpikir bahwa Ubud selalu jadi tempat pelarian ku dikala gundah melanda. Mungkin tidak jauh beda dari Kuta dengan tingkat keramaian dari para turis, tetapi aku selalu merasa bahwa selalu ada yang berbeda dari Ubud. Mungkin masih bisa dihitung dengan jari berapa kali aku mengunjungi ke Ubud, namun selalu ada momentum spesial yang aku alami di sini. Jadi siapa yang tidak jatuh cinta?

Jadi aku memang sengaja mencari suasana yang alami. Jika sebelumnya aku pernah melancong ke Bukit Campuhan, Ceking Terrace Tegalalang, mampir ke Desa Visesa hingga bermalam di Villa Bakung karena ada event Ubud Writers and Readers Festival tahun lalu, dan memang aku selalu merasa bahagia tiap ke sini. Entah kenapa, memang sangat sulit dideskripsikan.


Hari minggu 5 November kemarin, aku mencoba berkunjung ke Gembok Cinta Tegalalang. Sejak awal ke Ceking Terrace Tegalalang, aku pikir itu tempatnya jadi satu karena di Ceking Terrace kita benar-benar harus trekking dan itu sangat melelahkan! Jadi aku berkendara sekitar 2 km dari Jl. Raya Tegalalang dan sampai di depan plang “Gembok Cinta Tegalalang”. Dan aku memang sangat beruntung saat itu karena padi-padi sedang hijau-hijaunya di sana. Ketika masuk ke area gembok cinta, kita memang akan di sambut dengan hamparan sawah dengan jalan setapak yang mulus untuk kita lalui. Memang agak sempit sih, tapi sangat worth it buat pejalan kaki dan bersepeda. Bahkan motor pun sebenarnya masih bisa melalui jalan ini, namun jika tidak tahu medan harus cukup berhati-hati.

Hamparan padi yang sudah menguning

Hamparan padi yang masih hijau
Aku tidak begitu bisa mengira-ngira berapa jarak tempuh dari parkiran hingga sampai di Gembok Cinta. Mungkin sekitar 20 menit jika sambil menikmati dengan berjalan santai. Namun pemandangannya ga bakal bikin kita capek, karena hamparan sawah membentang kanan-kiri kalau berunutng dapat juga bunga-bunga indah yang lagi bermekaran seperti bunga matahari, dan bunga kuning ini yang aku ga tahu namanya apa he..he..he 


Bunga kuning yang entah namanya apa?

Ketika aku menyusuri jalan setapak itu sangat sepi karena masih sekitar jam 8 pagi. Itulah keberuntunganku sebenarnya bisa menikmati pemandangan dan bisa foto-foto tanpa bocor! Tak jarang juga ada warga disana yang lewat karena ingin keluar dan menyapa aku sekadar menanyakan asal atau “Bawa saja motornya kesini, gak apa kok..”. Sesampainya di wisata Gembok Cinta, pengunjung diwajibkan membayar kontribusi sebesar Rp 10.000,-. Sesampainya di sana aku duduk di gazebo dan berada tengah-tengah sawah. Suasana disana masih sepi bahkan mini café nya belum buka. Jadi aku sempat mengambil foto-foto tanpa bocor (lagi).

Sempat membidik pengunjung yang sedang selfie

Pemandangan dari Gembok Cinta

foto-foto dengan ayunan tanpa ada orang!

Setelah puas berlalu-lalang di Gembok Cinta Tegalalang dan menikmati mie goreng mini café di sana yang murmer di kantong, aku langsung beranjak ke Kakiang Garden Café. Mungkin bagi beberapa orang, café ini sungguh tidak asing. Namun, bagiku ini pertama kalinya aku kesana. Tidak jauh dari Tegalalang, sekitar 15 menit saja, aku tiba di Kakiang Garden Café dengan disambut oleh Bunga Matahari yang mekar! Dan kebahagianku jadi semakin bertambah karena jarang sekali bisa melihat bunga matahari di Denpasar. Setelah cukup mengambil foto, aku lalu memesan dua cake yang memang penasaran ingin aku coba, yaitu éclair (20k) dan strawberry cake (26k). Overall, memang aku lebih suka rasa strawberry cake nya yang lembut dan ga bikin tenggorokan seret dan menurutku éclair nya enak, tapi aku lebih suka strawberry cake nya. Sebenarnya aku ingin coba chocolate cake, tapi apa daya budget yang tidak mungkin cukup karena harus membayar tax and service sebesar 15%. Tapi sangat worth it lho mampir ke Kakiang Garden Café ini karena tempat yang cozy dan cake yang enak!

Salah satu Bunga Matahari yang mekar sempurna

Eclair dan strawberry cake


Karena gak enak lama-lama di Kakiang, aku dan… (sebenarnya pergi sama my buddy) beranjak ke luar dan ternyata bakal turun hujan. Karena cake masih belum memuaskan perut kami, aku iseng mengusulkan ke Umah Pizza karena aku lihat review harganya sangat terjangkau. Jadi di bawah gerimis manja, kami berangkat ke Umah Pizza yang untungnya tidak begitu jauh dari Kakiang. Ternyata sampai sana memang Umah Pizza sudah dipenuhi turis-turis penikmat pizza. Tapi syukurnya kami mendapatkan tempat duduk dan hujan mulai deras! Jadi di Umah Pizza memang tidak bisa dikatakan senyaman Kakiang Garden Café, tapi duduknya cocok untuk pasangan dengan satu meja dan dua kursi yang nyaman untuk ditempati. Untuk menghemat budget (lagi) kami memesan Fried Chicken Pizza ukuran small (27k) dan fried fries (18k).



Memang tidak begitu nyaman berdiam lama-lama di Umah Pizza dan hujan masih deras, kami berinisiatif ke Little Talks Ubud, sebuah perpustakaan mini dengan mini café di dalamnya dengan pikiran lebih nyaman berteduh di sana. Dengan bermodal google maps ternyata tempatnya tak begitu jauh dari Umah Pizza dan terletak tepat di depan Blanco Museum. Tempatnya unik sekali, seperti di teras dan pengunjung bisa duduk dengan membaca buku atau sekadar menyeruput kopi dan langsung berhadapan dengan pemandangan hijau di depannya. Karena perut kami sudah merasa overload kami hanya memesan hot chocolate (28k) untuk sekadar menikmati suasana sembari membaca buku-buku unik agar terhindar dari guyuran hujan yang tak bisa dibendung di luar sama.




Well, mungkin itu yang bisa ku ceritakan mengenai perjalanan pendek ku di Ubud. Mungkin singkat, namun sangat mengena walaupun hujan dan tentu saja jadi potongan manis bagi ku dan mungkin dia?

Jadi, coba ajak pasangan mu ke Ubud, mungkin bakal menemukan potongan-potongan dengan kenangan manis di dalamnya😊

CONVERSATION

0 Comments:

Posting Komentar