Menyepi untuk Menepi



Nyepi tahun ini tak terasa begitu spesial bagiku. Tak seperti tahun lalu, di mana rasanya diri ini seolah-olah telah berhasil menemukan sebuah makna kehidupan.

Tahun ini aku kembali mereset hidupku.

Menata kepingan yang kemarin terporak-poranda. Meski tak sampai lebur, setidaknya masih ada bagian yang bisa dipulihkan.

Perjalanan ternyata memang masih panjang.

Aku pikir keberadanku di dunia adalah hanya untuk memenuhi ruang kosong yang selalu mengusik pikiranku. Yang terkadang turut menyentil hati kecilku.

Untuk apa diri ini masih diberi nafas sampai sekarang?

Ternyata aku masih saja menjadi makhluk egois yang lagi-lagi hanya memikirkan diri sendiri. Yang terus-terusan mempertanyakan eksistensiku di dunia. Yang terkadang lupa bahwa di luar sana masih banyak petualangan yang menanti untuk dijemput.

Maret tahun lalu, aku tengah berada sebuah kota yang jauhnya empat ribu tiga ratus lima belas mil dari tanah yang biasa kupijak.

Kota yang berisik, bising, dan sedikit menyebalkan. Yang membuatku semakin jauh dengan diriku sendiri. 

Aku memilih kesunyian hari itu. Melupakan sejenak hal-hal duniawi yang kadang membuat kepalaku tersetrum untuk kemudian mengalami denyutan hebat.

Dalam kesunyian di tengah kebisingan. Dalam gelap yang hanya ada di bilikku sendiri, aku memompa kemarahan yang selama ini kupendam. Yang tak sanggup kukeluarkan begitu saja.

Aku sudah menduga bahwa amarah yang kupompa perlahan-lahan ini akan meledak jika waktunya tiba.

Untungnya, ledakkan itu mencuat perlahan ketika aku tiba di rumah.

Ban amarahku kini memang sudah mulai gembos. Sedikit demi sedikit, mulai kukeluarkan paku-paku yang menancap di saban hari kemarin.

Ada yang kusimpan, ada pula yang kubuang begitu saja.

Tahun ini aku kembali menyepi. Mencoba untuk menerima apa yang terjadi saat ini. Melumatkan apa yang menjadi keputusanku. 

Nyepi tahun ini, sesekali masih saja kurasakan setruman di kepalaku. Tapi setidaknya, sekarang aku kembali lebih dekat dengan diriku sendiri.

Semoga kamu juga begitu.

Selamat telah berhasil menyepi. Cukuplah diri ini terombang-ambing kemarin. Sekarang, sudah waktunya kita bersama-sama menepi.


23 Maret 2022

Untuk Billa, 

yang menginspirasiku untuk menulis ini.   

 

CONVERSATION

0 Comments:

Posting Komentar