MENEGUK PURNAMA


Entah mengapa tiap purnama datang ada saja yang hilang. Yaitu, kesempatan. Ya, kesempatan untuk menikmati penuhnya purnama itu. Langit gelap, tak ada cahaya kecuali purnama itu.

Ketika sang awan saling berarak menutup sang purnama, kesempatan itu hilang. Bahkan kerlap-kerlip bintang yang tak mau kalah tak bisa mencegah.

Purnama itu sirna, bukan menghilang. Tetapi, ada yang meneguknya. Apakah nikmat? Salahkah bila sang purnama mengagungkan dirinya saat ini?

Tiap tiga puluh lima hari sekali purnama datang, khawatir dengan halangan. Bulan sabit mungkin bisa tersenyum. Tetapi, entah dengan purnama penuh. Apakah yang dia rasakan?

Langit sedang merindu dilukis purnama. Ah, purnama tidak menghilang. Tapi, ada yang meneguk purnama.

                       
24 Februari 2016,
                        Di bawah bulan purnama


CONVERSATION

0 Comments:

Posting Komentar